Ethics and Governance Scandals
1. Do
you think that the events recorded in this chapter are isolated instances of
business malfeasance, or are they systemic through the business world?
2. The
events recorded in this chapter have given rise to legislative reforms
concerning executives, directors, and accountants are to behave. Is this a case
of too little legislation being enacted too late to prevent additional business
fiascos?
3. Is
there anything else that can be done to curtail this sort of egregious business
behavior other than legislation?
4. Many
cases of financial malfeasance involve misrepresentation to mislead boards of
directors and/or investors. Identify the instances of misrepresentation in the
Enron, Arthur Anderson, and WorldCom cases discussed in this chapter. Who was
to benefit, and who was being misled?
5. Use
the Jennings “seven sign” framework to analyze the Enron and WorldCom cases in
this chapter?
6. Rank
the worst three villains in the film wall street: money never sleeps (2010).
Explain your taking?
7. In
each case discussed at some length in this chapter-Enron, Arthur Andersen,
WorldCom, and Bernie Madoff-the problems were known to Whistle-Blowers should
those Whistle-Blowers each have made more effort to be heard? How?
Jawaban:
1. Iya,
contoh kasus yang ada di dalam bab ini merupakan praktek penyimpangan dari
bisnis dimana pihak manajemen dari perusahaan-perusahaan besar di Amerika telah
melakukan berbagai macam pelanggaran praktik bisnis yang tidak sehat dan keluar
dari prinsip good corporate governance. Akhirnya perusahaan tersebut harus
menuai suatu kehancuran yang tragis dengan meninggalkan hutang milyaran
dolar dan menyisakan implikasi negatif bagi banyak pihak, terutama
karyawan perusahaan yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan
serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar
kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai
perusahaaan di bursa efek.
2.
Iya, kasus yang terjadi di
perusahaan-perusahaan besar di Amerika terjadi karena terlalu sedikit
undang-undang dan telambat di buatnya undang-undang tentang perlindungan
terhadap investor. Kasus ini mempunyai implikasi terhadap pembaharuan tatanan
kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat antara lain yaitu
Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para
investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang
dilakukan perusahaan publik. Perubahan-perubahan yang terdapat dalam SOX antara
lain:
·
KAP dilarang memberikan jasa
non audit kepada perusahaan yang diaudit.
·
KAP membutuhkan persetujuan
dari audit committee perusahaan sebelum melakukan audit.
·
Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit
partnernya telah memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut
kepada klien tersebut.
·
KAP harus segera membuat
laporan kepada audit committee yang menunjukkan praktik akuntansi yang sesuai
standar.
·
KAP dilarang memberikan jasa
audit jika CEO, CFO, chief accounting officer, controller klien sebelumnya
bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
3. Ada,
selain undang-undang kita dapat mencegah hal ini terjadi dengan adanya
kesadaran dari auditor itu sendiri. Peran auditor sangatlah penting dalam pengendalian kontrol perusahaan
serta sebagai pendeteksi kecurangan. Auditor seharusnya bisa bersikap
independen, menjungjung tinggi independensi, profesionalisme dan tidak
melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari tanggungjawab terhadap
profesi maupun masyarakat. Namun jika auditor yang seharusnya bertindak
sebagai pendeteksi kecurangan malah bersekongkol dengan manajemen perusahaan
untuk melancarkan praktik bisnis yang tidak sehat maka fenomena seperti
kehancuran perusahaan-perusahaan besar di Amerika akan terjadi.
4. Pada
saat terjadi penyimpangan informasai
keuangan yang disampaikan oleh pihak perusahaan, maka para direktur dan akuntan
perusahaan merupakan pihak yang beruntung. Sedangkan para investor dan tenaga
kerja adalah pihak yang dirugikan karena mereka tidak tahu akan keadaan
perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini sangat jelas bahwa para direktur adalah
pihak yang menguntungkan karena
setelah skandal tersebut terungkap para direkturnya menyelesaikan tuntutan
hukum dengan membayar sejumlah uang yang sangat besar secara pribadi. Dari mana
asal duitnya ?. Ini yang disebut benturan kepentingan atau Direkturnya telah
menjadikan perusahaan sebagai sapi perah.
5.
7 Jennings untuk
menganalisis kasus Enron dan WorldCom:
a. Pressure
to meet goals, especially financial ones, at any cost
b. A
culture that does not foster open and candid conversation and discussion
c. A
ceo who is surrounded with people who will agree and flatter the ceo , as well
as a ceo whose reputation is beyond criticism
d. Weak
boards that do not exercise their fiduciary responsibilities with diligence
e. An
organization that promotes people on the basis of nepotism and favoritism
f. Hubris.
The arrogant belief that rules are for other people, but not for us
g. A
flawed cost/benefit attitude that suggests that poor ethical behavior in one
area can be offset by good ethical behavior in another area.
Ada
beberapa kontroversi yang mengiringi proses penyelidikan sebab-sebab
kebangkrutan Enron dan WorldCom, antara lain: manajemen Enron diketahui telah
melakukan praktek window dressing. Memanipulasi angka-angka
laporan keuangan agar tampak menarik di mata investor dan dianggap memiliki
kinerja yang baik. Melakukan mark up pada pendapatan dan menyembunyikan
utangnya tentu tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Diperlukan keahlian
“akrobatik” yang tinggi dari para professional yang bekerja pada atau disewa
oleh Enron dan WorldCom untuk menyulap angka-angka. KAP Arthur Andersen kantor
Huston (Kantor Akuntan Publik kelas dunia), dipersalahkan karena ikut membantu
proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu, sehingga manipulasi ini telah
berlangsung selama bertahun-tahun. Karena praktek kotor yang berlangsung selama
bertahun-tahun inilah Sherron Watskin dan Cynthia
Cooper, salah satu eksekutif Enron dan WorldCom yang tak tahan lagi terlibat
dalam manipulasi itu mulai “berteriak” melaporkan praktek yang tidak terpuji
itu. Keberanian Watskin dan Cooper inilah yang membuat semuanya menjadi jelas
dan terbuka. Dalam praktek manipulasi ini dapat dikatakan telah terjadi sebuah
kolusi tingkat tinggi antara CEO, akuntan internal, auditor independen,
pengacara, banker, dan analis keuangan. Mereka bekerjasama untuk menipu
pihak-pihak yang sangat awam tentang seluk-beluk transaksi keuangan perusahaan.
Mereka telah menghianati tugas mulia sebagai pihak yang bertugas menjaga
kepentingan publik.
6. Film
Wall Street “Money Never Sleep” merupakan film yang sangat terkenal, legendaris
bahkan menjadi referensi bagi kalangan praktisi pasar modal, khususnya profesi
stock-broker. Plot film Wall Street pertama tersebut adalah tentang seorang
stock-broker ambisius dalam karir (Fox) yang terlibat insider trading di bursa
saham bersama Gekko, seorang milyarder Dari film ini dapat kita simpulkan bahwa
dengan uang orang dapat berbuat apa saja yang dia inginkan dan betapa kejamnya
dunia bisnis. Sebenarnya
kehidupan investor tidak jauh-jauh juga seperti itu. Namun, yang menjadi
pemikiran utama mereka adalah bagaimana uang yang mereka tetap bisa berputar
menghasilkan uang lagi. Jadi ketika ditawarkan sejumlah fasilitas mewah saat
ini atau sejumlah ide bisnis/usaha masa depan yang menjanjikan, maka sudah
pasti investor selalu memilih yang kedua. Hal ini pasti tidak akan dimiliki
oleh orang yang tidak memiliki paradigma berinvestasi. Namun yang buruk dari investor adalah sebuah ketamakan. Bahkan tak
jarang dalam dunia investor dikenal sebuah istilah “Greed is Good” (Rakus
itu baik). Hal ini sering terjadi pada dunia saham seperti yang ada di film The
Money Never Sleep. Namun hal ini jarang terjadi pada dunia investasi real karena
jenis usaha yang dikembangkan nyata dan uangnya pun nyata.
7. Iya,
pendapat Whistle Blower harus didengar karena merekalah yang lebih tau tentang
keadaan perusahaan yang sesungguhnya, dan karena mereka menganggap hal yang
dilakukan oleh pihak manajemen sudah sangat fatal makanya mereka melaporkan hal
tersebut kepada pihak berwenang untuk dapat ditelusuri secara lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar